Hai diri? Apa kabar hari ini?
Mari, sejenak bertanya pada diri sendiri.
Sejenak untuk deep talk pada hati.
Sejenak berfikir akan bekal yang akan dibawa
nanti.
Hatimu gelisah? Fikiran mu tak terarah?
Itulah terlalu sibuk memantaskan diri pada dunia.
Sampai lupa bagaimana memantaskan diri pada sang pencipta.
Masih ingat kah kamu untuk apa diciptakan?
﴿ وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠ ﴾ ( البقرة/2: 30)
Ketika Allah swt memberitahukan kepada
para malaikat-Nya bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah di bumi,
maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang akan diangkat menjadi
khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan
dan menumpahkan darah di bumi. Para malaikat menganggap bahwa diri mereka lebih
patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji
dan menyucikan Allah swt.
Allah swt tidak membenarkan anggapan
mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh
para malaikat. Segala yang akan dilakukan Allah swt adalah berdasarkan
pengetahuan dan hikmah-Nya yang Mahatinggi walaupun tak dapat diketahui oleh
mereka, termasuk pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.
Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam
a.s. di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini, untuk
melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan
segala apa yang ada padanya.
Perintah
mana yang telah kamu kerjakan?
Larangan
mana yang sudah kamu tinggalkan?
Atau malah
berbuat kerusakan lalu lupa pada yang menciptakan?
Tak apa,
jika memang sudah terlalu jauh, marilah kembali.
Karena Nya
sangat baik, dan Dia lah sebaik-baik tempat berpulang.
Temuilah
Dia di waktu fajar, disaat yang lain memilih tidur, kamu memilih untuk bangun.
Tuangkanlah
semua dosa, ringkihkan dalam tangis, dan berceritalah melalui doa.
Tenanglah,
tidak ada kata terlambat untuk menjadi hamba Nya yang lebih baik.
Yuk
tobat yuk, (ayyukum ahsanu ‘amala)
Selain
untuk menjadi khalifah dibumi dengan mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya,
Allah menciptakan manusia juga untuk menguji hamba Nya dalam beramal dan
beriman.
﴿ ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ
اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ ٢ ﴾ ( الملك/67: 2)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah
menciptakan kematian dan kehidupan adalah untuk menguji manusia, siapa di
antara mereka yang beriman dan beramal saleh dengan mengikuti petunjuk-petunjuk
yang dibawa Nabi Muhammad dan siapa pula yang mengingkarinya. Dari ayat di
atas dipahami bahwa dengan menciptakan kehidupan itu, Allah memberi kesempatan
yang sangat luas kepada manusia untuk memilih mana yang baik menurut dirinya.
Apakah ia akan mengikuti hawa nafsunya, atau ia akan mengikuti petunjuk, hukum,
dan ketentuan Allah sebagai penguasa alam semesta ini. Seandainya manusia
ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya
ditimpakan atas kehendak diri mereka sendiri. Begitu juga jika mereka
memperoleh kebahagiaan, maka kebahagiaan itu datang karena kehendak diri mereka
sendiri sewaktu hidup di dunia.
Kehidupan duniawi adalah untuk menguji
manusia, siapa di antara mereka yang selalu menggunakan akal dan pikirannya
memahami agama Allah, dan memilih mana perbuatan yang paling baik
dikerjakannya, sehingga perbuatannya itu diridai Allah. Juga untuk mengetahui
siapa yang tabah dan tahan mengekang diri dari mengerjakan larangan-larangan
Allah dan siapa pula yang paling taat kepada-Nya.
Ayat ini mendorong dan menganjurkan
agar manusia selalu waspada dalam hidupnya. Hendaklah mereka selalu memeriksa
hati mereka apakah ia benar-benar seorang yang beriman, dan juga memeriksa
segala yang akan mereka perbuat, apakah telah sesuai dengan yang diperintahkan
Allah atau tidak, dan apakah yang akan mereka perbuat itu larangan Allah atau
bukan. Jika perbuatan itu telah sesuai dengan perintah Allah, bahkan termasuk
perbuatan yang diridai-Nya, hendaklah segera mengerjakannya. Sebaliknya jika
perbuatan itu termasuk larangan Allah, maka jangan sekali-kali melaksanakannya.
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa
Dia Mahaperkasa, tidak ada satu makhluk pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya
jika Ia hendak melakukan sesuatu, seperti hendak memberi pahala orang-orang
yang beriman dan beramal saleh atau hendak mengazab orang yang durhaka
kepada-Nya. Dia Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat
kepada-Nya dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakannya, berjanji
tidak akan melakukan dosa itu lagi serta berjanji pula tidak akan melakukan
dosa-dosa yang lain.
Pada ayat ini, Allah menyebut secara
bergandengan dua macam di antara sifat-sifat-Nya, yaitu sifat Mahaperkasa
dan Maha Pengampun, seakan-akan kedua sifat ini adalah sifat yang berlawanan.
Sifat Mahaperkasa memberi pengertian memberi kabar yang menakut-nakuti, sedang
sifat Maha Pengampun memberi pengertian adanya harapan bagi setiap orang yang
mengerjakan perbuatan dosa, jika ia bertobat. Hal ini menunjukkan bahwa
Allah yang berhak disembah itu benar-benar dapat memaksakan kehendak-Nya kepada
siapa pun, tidak ada yang dapat menghalanginya. Dia mengetahui segala sesuatu,
sehingga dapat memberikan balasan yang tepat kepada setiap hamba-Nya, baik
berupa pahala maupun siksa. Dengan pengetahuan itu pula, Dia dapat membedakan
antara orang yang taat dan durhaka kepada-Nya, sehingga tidak ada kemungkinan
sedikit pun seorang yang durhaka memperoleh pahala atau seorang yang taat dan
patuh memperoleh siksa. Allah tidak pernah keliru dalam memberikan pembalasan.
Dari ayat tersebut Allah mengatakan
(ayyukum ahsanu ‘amala) bukan (ayyukum akstaru ‘amala). Jadi, pelan-pelan saja
namun istiqomah dalam mengerjakannya. Karena Allah menilai sebaik-baik amalan
bukan sebanyak-banyak nya amalan. Boleh menambah kuantitas, tapi ingat jangan
sampai merubah kualitas. Karena Allah lebih menyukai hamba Nya yang sholat
dhuha 2 rakaat namun setiap hari ia kerjakan, daripada ia yang 12 rakaat namun
satu hari saja ia lakukan.
masya Allah sipokkk tak sanggup
BalasHapusmasyaallah
BalasHapus